Presentation Files and Meeting Report of GHSA Action Package Coordination Meeting, 23-25 August 2016, Ritz Carlton Hotel

Day 1

Conceptual Framework Action Package Coordination Meeting

Introductory Sessions

Update from GHSA Advisors

Panel 1

Panel 2

Panel 3

Day 2

Panel 4

Panel 5

Discussion on Future Action Package Coordination

MEETING REPORT

Indonesia Sukses Selenggarakan Side Event GHSA di sela Sidang Majelis Kesehatan Dunia

Senin (23/5), bertempat di Ruang 22 gedung PBB Jenewa, Indonesia dalam kapasitasnya sebagai ketua GHSA tahun 2016 sukses menyelenggarakan side-event bertema “The Role of Global Health Security Agenda (GHSA) in Supporting Countries’ Capacities to Implement International Health Regulations (2005)” di sela Sidang Majelis Kesehatan Dunia ke-69. Diselenggarakan bersama Finlandia, Amerika Serikat, Korea Selatan, Kanada, Belanda, Italia dan Chile, side-event yang berlangsung dari pukul 17.45 hingga 19.15 waktu setempat, dihadiri lebih dari 100 peserta dari berbagai negara dan organisasi. “Through partnerships with various global forums, private sector organizations, philanthropic foundations, academic and research organizations, as well as bilateral cooperations, GHSA stands ready to support participating countries with resources and global expertise in achieving the goals of Global Health Security”, tutur Menkes RI dalam sambutannya membuka acara.

IMG-20160525-WA0008

Dimoderatori oleh Prof. Tjandra Yoga Aditama, Regional Coordinator WHO-SEARO, acara dibagi dalam 2 panel. Panel pertama membahas Action Package (AP) dan Country Assessment GHSA serta perannya dalam meningkatkan kapasitas nasional. Pembicara pada panel ini adalah Dra. Maura Linda Sitanggang, PhD (Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemkes RI) yang menyampaikan gambaran 11 AP GHSA, Dr. Guenael Rodier (Director of Global Capacities, Alert and Response, WHO HQ) menyampaikan tentang JEE (Joint External Evaluation), dan Menteri Kesehatan Amerika, Sylvia Burwell, tentang pengalaman mempersiapan external assessment, dimana pada hari yang sama Amerika memulai proses assessment di negaranya. Portugal dan Tanzania menjadi dua pembicara berikutnya, membagi pengalaman sebagai negara yang telah menjalani external assessment.  Selain menghasilkan skor dan analisis pada 19 area teknis, Tanzania menegaskan bahwa proses JEE telah membantu segenap pihak dalam meningkatkan pemahaman dan komitmen bersama.

Panel kedua berfokus pada kolaborasi multi-sektoral dan mobilisasi sumber daya dalam peningkatan kapasitas negara. Dr. Päivi Sillanaukee, Sekretaris Tetap Kementerian Sosial dan Kesehatan Finlandia, Edith Schippers, Menteri Kesehatan Belanda, dan Dr. Tim Evans, Direktur Senior Bank Dunia, tiga pembicara dalam sesi kedua, membuka wacana lebih luas tentang kolaborasi dan model pembiayaan yang dapat digunakan dalam upaya peningkatan kapasitas di bidang IHR.

IMG-20160525-WA0007

Antusiasme peserta yang tinggi terlihat pada sesi tanya jawab. Ditengah kesibukannya, Dirjen WHO, Dr. Margareth Chan, menyempatkan diri untuk hadir dan menyampaikan beberapa poin.  “Let us all be the accelerators for a secure world against pandemic health threats!”, pesan DG Chan pada kesempatan tersebut.

IMG-20160525-WA0004

DG Chan memberikan apresiasi kepada GHSA yang telah mendorong pelaksanaan IHR dengan ide konkrit dan berjalan begitu cepat. Chan juga menegaskan bahwa external assessment telah menjadi kebutuhan dalam sistem monitoring evaluasi IHR sebagaimana juga direkomendasikan oleh tim review IHR.

Menkes Nila Moeloek menggaris-bawahi tiga hal penting dalam sambutan penutupnya. Pertama, kolaborasi multi-sektoral; kedua, sistem kesehatan nasional dan global; ketiga, penggunaan instrumen yang efektif.   (Miya)

Regional Strategic Framework for Public Health Workforce Development on Epidemiology : Langkah Mempercepat IHR dan GHSA

 

DSC_0062

Bertempat di Jogjakarta Plaza Hotel, Workshop on Regional Strategic Framework for Human Health Workforce Development on Epidemiology Advancing IHR and GHSA telah dilaksanakan pada tanggal 9-10 Mei 2016. Diselenggarakan Pemerintah Thailand dalam kapasitanya sebagai lead country dari Action Package Workforce Development GHSA, workshop dihadiri oleh negara ASEAN, leading dan contributing country dari Action Package Workforce Development, serta mitra pembangunan seperti WHO, FAO, Sekretariat ASEAN, US-CDC, dan USAID.

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan secara resmi membuka workshop pada tanggal 9 Mei 2016. Dalam sambutannya, digarisbawahi pentingnya peran health workforce, termasuk ahli epidemiologi, sebagai garda terdepan dalam upaya pencegahan, deteksi, dan respon terhadap ancaman kesehatan global. Yang tidak kalah penting juga adalah tenaga dari sektor peternakan dan lingkungan dalam konteks One Health Approach.

Dr. Jordan Tappero, Director, Division of Global Health Protection US-CDC, menyampaikan bahwa workforce merupakan komponen penting dalam mencapai health security. Kegiatan surveilans, deteksi penyakit di laboratorium, pelaporan, dan respons cepat dilakukan oleh workforce itu sendiri. Oleh karenanya, AP Workforce Development mendukung kegiatan dalam 10 AP lainnya, sehingga memiliki jumlah, distribusi dan kualitas workforce yang baik akan sangat berguna.

Workshop 2 hari tersebut menghasilkan draft Regional Strategic Framework for Public Health Workforce Development on Epidemiology Advancing IHR and GHSA melalui diskusi panjang diantara para peserta yang hadir. Draft framework berisi 4 strategic goals dalam rangka memiliki workforce multisektoral yang kompeten dan terkoordinasi. Diharapkan akan dapat final dalam waktu 1 bulan, framework dimaksudkan sebagai guidance yang bersifat tidak mengikat bagi negara-negara untuk mengembangkan strategi nasionalnya. “This framework should not stay in the drawer, but should be used as commitment and guidance to the development of national strategic plans, as well as advancement on the implementation”, tutur Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kemkes dalam sambutannya menutup workshop. (Miya)